Kamis, 18 Juni 2009

40 KESILAPAN IBU BAPAk

1. Pemilihan jodoh tanpa memperhitungkan mengenai zuriat
2. Perhubungan suami isteri tanpa memperhitungkan mengenai zuriat
3. Kurang berlemah lembut terhadap anak-anak
4. Memaki hamun sebagai cara menegur kesilapan anak-anak
5. Tidak berusaha mempelbagaikan makanan yang disajikan kepada anak-anak
6. Jarang bersama anak-anak sewaktu mereka sedang makan
7. Melahirkan suasana yang kurang seronok ketika makan
8. Membeza-bezakan kasih sayang terhadap anak-anak
9. Kurang melahirkan kasih sayang

10. Sering mengeluh di hadapan anak-anak
11. Tidak meraikan anak-anak ketika mereka pergi dan pulang dari sekolah
12. Tidak mengenalkan anak-anak dengan konsep keadilan
13. Tidak memberatkan pendidikan agama di kalangan anak-anak
14. Tidak terlibat dengan urusan pelajaran anak-anak
15. Tidak memprogramkan masa rehat dan riadah anak-anak
16. Tidak menggalakkan dan menyediakan suasana suka membaca
17. Mengizinkan anak-anak menjamah makanan dan minuman yang tidak halal
18. Tidak menunjukkan contoh tauladan yang baik di hadapan anak-anak
19. Jarang meluangkan masa untuk bergurau senda dengan anak-anak
20. Terdapat jurang komunikasi di antara ibubapa dengan anak-anak
21. Tidak menggunakan bahasa yang betul
22. Suka bertengkar di hadapan anak-anak
23. Sentiasa menunjukkan muka masam di hadapan anak-anak
24. Tidak membimbing anak-anak supaya mematuhi syariat
25. Memberi kebebasan yang berlebihan kepada anak-anak
26. Terlalu mengongkong kebebasan anak-anak
27. Tidak menunaikan janji yang dibuat terhadap anak-anak
28. Tidak menunjukkan minat kepada aktiviti anak-anak
29. Tidak memupuk semangat membaca di kalangan anak-anak
30. Tidak berminat melayan pertanyaan atau kemusykilan anak-anak
31. Tidak memberi perhatian terhadap buah fikiran anak-anak
32. Lambat memberi penghargaan kepada anak-anak
33. Kerap meleteri sesuatu kesilapan yang dilakukan anak-anak
34. Hukuman yang tidak setimpal dengan kesalahan yang dilakukan
35. Sering mengancam dan menakutkan anak-anak
36. Menghukum tanpa menyatakan kesalahan yang dilakukan
37. Tidak konsisten dalam menjatuhkan hukuman ke atas anak-anak
38. Memberi nasihat yang sama kepada anak-anak
39. Tidak tegas mendidik anak-anak
40. Tidak menggalakkan anak-anak hidup bekerjasama

Dipetik dari buku '40 kesilapan mendidik anak' oleh Dr. Hassan Ali.
Dicatat oleh Imam Al-Ghazalli

Baca Selengkapnya »»

Rabu, 17 Juni 2009

Kenapa Harus Islam?

* Al-Islam adalah agama Allah
Al-Islam adalah merupakan agama yang diturunkan langsung oleh Allah dan satu-satunya agama yang dijanjikan oleh Allah sebagai agama keselamatan. Ajaran dalam Islam tidak dibuat semata-mata oleh manusia tapi dibuat oleh Allah Azza wa Jalla sehingga tidak ada cacat sedikitpun dalam Al-Islam. Semua urusan mulai dari kita bangun tidur hingga kita tertidur kembali semua Islam atur dan tidak ada celah yang luput sama sekali dalam islam.

* Rohmatan Lil’alamin (Rahmat bagi seluruh Alam)
Dalam islam kekerasan sangat dihindari bahkan adalah cara paling terakhir yang dapat dilakukan jika semua jalan damai menemui kebuntuan. Dalam penyebarannya pun islam menggunakan jalan damai tanpa adanya kekerasan, setidaknya itu yang dilakukan para waliyullah yang menyebarkan Islam di Indonesia. Mereka menggunakan pendekatan secara kebudayaan sehingga akhirnya dapat diterima, dipeluk dan menjadi agama mayoritas walaupun datangnya paling terakhir di Indonesia. Bukan hanya itu, Islam juga merupakan rahmat bagi alam artinya tidak hanya manusia semata yang merasakan kelembutan dan keakraban Islam, tapi juga bangsa binatang, tumbuhan dan semua makhluk yang ada dialam ini merasakan kelembutan dari para pemeluknya.
Islam mengajarkan tentang bagaimana bersikap dengan alam, binatang, tumbuhan dan sesama manusia. Bahkan dalam islam kita dilarang kencing ke lubang yang ada dalam tanah, ini adalah suatu penghormatan islam akan kehidupan yang mungkin ada dilubang itu. Islam mengajarkan kita untuk bersikap bijak terhadap alam karena dari alamlah rizki manusia berasal. Maka dari itulah islam menyebut dirinya Rohmatan Lil’alamin (rahmat bagi seluruh alam) karena memang mengajar kepada para pemeluknya tentang sikap santun terhadap alam.

* Semua yang kita kerjakan adalah ibadah
Inilah nilai lebih dari Al-Islam, semua yang kita kerjakan bahkan tidurpun adalah ibadah dalam islam. Sungguh suatu nilai lebih yang bukan sekedar promosi belaka, tapi ini belaku kepada siapapun baik ia mualaf (baru memeluk islam) ataupun yang sudah menjadi mukalaf (orang yang sudah baligh), dan kapanpun hingga dunia ini hancur. Bukan hanya itu, diantara agama lain hanya islamlah yang mempunyai ibadah pokok yang jumlahnya paling banyak yaitu sholat lima waktu tujuh belas rokaat.

* Agama sosial
Islam adalah agama yang mengajarkan pemeluknya bagaimana menata hidup dan kehidupannya. termasuk tata cara bersosialisasi. Islam sangat menghargai perbedaan bahkan islam sangat menghormati pemeluk agama lain. Ini dibuktikan dengan sabda Rasulullah “Barang siapa menyakiti orang kafir yang hendak hidup damai bersama orang-orang muslim maka ia menyakitiku”(Kurang lebih demikian hadistnya). Ini adalah nilai yang sangat tinggi yang dijunjung islam dalam sosialisasinya bahkan penghormatan yang tertinggi diberikan kepada siapa yang ingin berdamai dan bersosialisasi dengan para pemeluknya.

* Agama keselamatan
Islam merupakan agama keselamatan yang tiap pemeluknya dijamin akan selamat baik didunia terlebih lagi diakherat dengan syarat menjalankan islam secara menyeluruh dan bersungguh-sungguh. Islam menjamin setiap pemeluknya masuk syurga bila dalam diri seseorang itu tidak menduakan Allah. Karena itu adalah dosa terbesar yang tiada dapat tertebus kecuali dengan taubatan nashuha yaitu tobat dengan seluruh jiwa dan raga yang berarti tidak akan mendekati dan melakukan hal yang demikian lagi.

Demikianlah lima point kenapa harus memeluk Al-Islam??? dan hanya sebagian point dari sekian banyak keutamaan-keutamaan dalam Al-Islam
Semoga dapat memberi gambaran dan dapat menguatkan keimanan kita sekalian.
Segala kebaikan itu dari Allah semata datangnya dan segala kekhilafan dan kesalahan itu karena saya dan karena ilmu saya yang memang kurang.
Allahu’alam Bishshowaf

Baca Selengkapnya »»

Jumat, 12 Juni 2009

SEMUA DICIPTAKAN BERPASANGAN

ALLAH menciptakan segala yang ada di alam semesta ini berpasang-pasangan.
Saling melengkapi. Sekaligus saling mengisi. Saling bekerjasama. Saling
mengimbangi. Saling mempengaruhi satu sama lain. Dan saling menyempurnakan.

Karena berpasang-pasangan itu, jika salah satunya tidak ada, yang lain bakal
merasa kehilangan. Bakal timpang. Bakal memunculkan masalah. Dan berbagai
persoalan lainnya.

Bagaikan malam dengan siang. Atau, tangan kanan dan tangan kiri. Kaya dan
miskin. Penguasa dan rakyat jelata. Orang pintar dan orang bodoh. Ulama dan
awam. Dan seterusnya.

Pernahkah Anda membayangkan adanya siang tanpa ada malam? Lantas apa gunanya,
dan apa maknanya? Atau sebaliknya ada malam tanpa ada siang? Yang ada, bakal
muncul masalah. Sehingga Allah mempertanyakan hal itu kepada kita di dalam
Al-Qur’an, agar kita berpikir.

QS. Al Qashash (28): 71-72
Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu malam itu
terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan
mendatangkan sinar terang kepadamu? Maka apakah kamu tidak mendengar?"

Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu siang itu
terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan
mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka apakah kamu
tidak memperhatikan?"

Siang dan malam adalah pasangan serasi yang memungkinkan terjadinya kehidupan
di muka bumi. Jika Bumi hanya memiliki siang saja, maka kehidupan di muka bumi
ini bakal musnah, karena terlalu panas. Permukaan Bumi bakal mendidih hanya
dalam hitungan beberapa ratus jam saja.

Sebaliknya, jika Bumi hanya memiliki malam, di Bumi pun tidak bakal muncul
kehidupan. Sebab permukaan bumi bakal membeku. Juga hanya dalam hitungan ratusan
jam saja.

Pergantian siang dan malam itulah yang menyebabkan munculnya mekanisme
kehidupan secara sempurna di muka bumi. Allah memperpasangkan siang dan malam
demi terciptanya kehidupan manusia di dalamnya. Itulah yang digambarkan Allah
dalam berbagai ayatNya.

QS. Al Jaatsiyah (45): 5
dan pada pergantian malam dan siang, dan hujan yang diturunkan Allah dari
langit lalu dihidupkanNya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada
perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
berakal.

Bukan hanya soal siang dan malam saja, Allah menciptakan pasangan. Kaya-miskin
pun adalah sebuah pasangan yang serasi. Bisakah Anda bayangkan jika manusia di
muka Bumi ini kaya semua? Siapakah yang mau melayani yang lain? Demikian juga
bila miskin semua, siapa yang bakal membiayai kehidupan sosial? Maka, kehidupan
sosial kita bakal berhenti karenanya.

Penguasa dan rakyat, juga pasangan yang serasi. Tak mungkin ada penguasa jika
tidak ada rakyat. Sebaliknya rakyat juga butuh penguasa untuk mengatur kehidupan
kolektifnya. Keduanya berpasangan saling membutuhkan, dan saling melengkapi.

Ulama dan awam pun saling membutuhkan. Keduanya adalah pasangan. Ulama hanya
bisa disebut ulama - dan kemudian menjadi bermanfaat - karena ada orang awam.
Dan orang awam pun disebut orang awam karena ada pembandingnya, sang ulama. Dan
seterusnya. Dan sebagainya.

Seluruh alam semesta diciptakan Allah secara berpasang-pasangan. Persis
seperti dikemukakan olehNya dalam ayat berikut ini.

QS. Adz Dzaariyaat (51): 49
Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan
kebesaran Allah.

Dalam kasus yang lebih khusus Allah menyebut tumbuh-tumbuhan, binatang dan
manusia pun diciptakan secara berpasang-pasangan. Termasuk segala sesuatu, yang
tidak kita ketahui.

QS. Yasin (36): 36
Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan berpasangan semuanya, baik dari apa
yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak
mereka ketahui.

QS. Asy Syuura (42): 11
(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu
sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan
(pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada
sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.

Ya, manusia diciptakan Allah berpasang-pasangan. Secara fisik maupun
fungsinya. Secara fisikal, manusia diciptakan sebagai pasangan laki-laki dan
perempuan. Dan secara fungsi, manusia juga membutuhkan pasangan-pasangan dalam
skala yang lebih luas di bidang sosial, politik, ekonomi, budaya, dan sebagainya
seperti telah kita ungkap di depan.

Laki-laki adalah pasangan wanita. Demikian pula sebaliknya. Jika mereka tidak
berpasangan, atau memilih pasangan yang lain, maka hasilnya adalah masalah. Baik
secara individual, ataupun sosial. Kenapa demikian? Sebab, keduanya memang
diciptakan bersifat komplementer. Saling melengkapi dan membutuhkan. Secara
fisik maupun secara fungsi. Begitulah memang fitrahnya. Begitulah desain
penciptaannya.

QS. An Najm (53): 45
dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan
perempuan,

QS. An Naba' (78): 8
dan Kami jadikan kamu berpasang-pasangan,

Siapa saja yang tidak berpasangan, ia menyalahi fitrahnya. Akan muncul
kerinduan yang tidak bisa dibendung, dan jika penyalurannya salah bakal
memunculkan masalah di kemudian hari.
Bukan hanya dalam skala individual, dalam skala sosial pun mereka yang tidak
mau saling tolong menolong dengan orang lain bakal mengalami masalah juga. Ya,
semua itu karena Allah menciptakan kita dengan fitrah berpasang-pasangan.

Baca Selengkapnya »»

Rabu, 10 Juni 2009

Surga Itu Di Bawah Telapak Kaki Ibu

Hadits ini tentunya tidak lagi asing bagi siapapun, sebab sangat sering diucapkan ataupun didengar melalui berbagai media. Bahkan banyak yang menyalahgunakan untuk berbagai kepentingan dunia semata.

Namun ada hal yang perlu diklarifikasi lagi mengingat penisbahannya kepada sabda Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bukanlah hal main-main; apakah kualitas hadits dengan redaksi seperti itu dapat dipertanggungjawabkan ataukah tidak? Kalau, begitu apakah ada hadits dengan naskah yang lain? Ataukah hanya maknanya saja yang shahih?

Naskah Hadits:
“Surga itu di bawah telapak kaki ibu.”


Hadits dengan redaksi seperti ini disebutkan oleh Imam as-Suyûthiy di dalam kitabnya ad-Durar al-Muntsirah Fi al-Ahâdîts al-Musytahirah (buku yang kami gunakan sebagai rujukan dalam kajian ini), dengan menyatakan bahwa ia diriwayatkan oleh Imam Muslim dari hadits Anas.

Namun penahqiq (analis) atas buku tersebut, yaitu Syaikh. Muhammad Luthfy ash-Shabbâgh memberikan beberapa anotasi berikut: “Hadits dengan redaksi (lafazh) seperti ini kualitasnya Dla’îf (lemah). Menurut saya, menisbahkannya kepada Imam Muslim perlu diberi catatan. Imam ash-Shakhawiy berkata, ‘Demikian ini, padahal ad-Dailamiy telah menisbahkannya kepada Imam Muslim dari Anas, karena itu perlu dicek kembali.’ Al-Ghumâriy ketika memberikan anotasi atas hal itu berkata, ‘Sama sekali Imam Muslim tidak mengeluarkan hadits ini, sekalipun Imam az-Zarkasyiy dan as-Suyûthiy menisbahkan kepadanya mengikuti Imam ad-Dailamiy.’

Untuk itu, perlu merujuk kepada buku-buku
berikut:
  • Ahâdîts al-Qushshâsh karya Ibn Taimiyyah, h.70

  • Al-Maqâshid al-Hasanah Fî Bayân Katsîr Min al-Ahâdîts al-Musytahirah ‘Ala al-Alsinah, karya as Sakhâwiy, h.176

  • Tamyîz ath-Thayyib Min al-Khabîts Fîmâ Yadûr ‘Ala Alsinah an-Nâs Min al-Hadîts, karya Ibn ad-Diba’, h.63

  • Kasyf al-Khafâ` wa Muzîl al-Ilbâs ‘Amma isytahara Min al-Ahâdîts ‘Ala Alsinah an-Nâs, karya al- ‘Ajlûniy, Jld.I, h.335

  • Mîzân al-I’tidâl, karya Imam adz-Dzhabiy, jld.IV, h.220

  • Al-Fawâ`id al-Maudlû’ah Fil Ahâdîts al-Mawdlû’ah karya al-Karmiy, Hal.147

  • Al-Kâmil karya Ibn ‘Adiy, Jld.VI, h.2347

  • Dla’îf al-Jâmi’ karya Syaikh Nashiruddin al-Albâniy, No.2666


Syaikh al-Albâniy berkata, ‘Hadits tersebut (diatas) tidak diperlukan lagi karena sudah ada hadits sebelumnya yang dimuat di dalam kitab ash-Shahîh, no.1249 dengan lafazh, “Berbaktilah terus kepadanya (sang ibu) karena surga itu berada di bawah telapak kakinya.”

Yang dimaksud oleh Syaikh al-Albâniy tersebut adalah hadits yang diriwayatkan Mu’âwiyah bin Jâhimah yang dikeluarkan Imam Ahmad (Jld.III:429) dan an-Nasâ`iy. Lihat juga, Sunan Ibn Mâjah, no.2781 dan al-Mustadrak karya al-Hâkim, Jld.II, h.104.”

(Sumber Rujukan: ad-Durar al-Muntsirah Fi al-Ahâdîts al-Musytahirah karya Imam as-Suyûthiy, tahqiq Syaikh Muhammad Lutfhfy ash-Shabbâgh, h.105-106, no.178)

Baca Selengkapnya »»